Owwww iya, atau mau nonton TV nyalakan aja.. ya jangan malu-malu. Tante mau ganti pakaian dulu.." "Ya Tante.." jawabku. Lalu Tante Marni masuk ke kamarnya, terus beberapa saat kemudian dia keluar dari kamar dengan hanya mengenakan kaos dan celana pendek warna putih. Wow keren, bodynya yang sexy terpampang di mataku, puting susunya yang menyembul dari balik kaosnya itu, betapa besar dan menantang susunya itu. Kakinya yang panjang dan jenjang, putih dan mulus serta ditumbuhi bulu-bulu halus. Dia menuju ke dapur, lalu aku meneruskan nonton TV-nya. Setelah beberapa saat. "Dik.. Dik Anton.. coba kemari sebentar?" "Ya Tante.. sebentar.." kataku sambil berlari menuju dapur. Setelah sampai di pintu dapur. "Ada apa Tante?" tanyaku. "E.. Tante cuman mau tanya, Dik Anton suka bagian mana.. dada, sayap atau paha?" "Eee.. bagian paha aja, Tante." kataku sambil memandang tubuh Tante Marni yang tidak bisa diungkapkan oleh kata-kata.
Tubuhnya begitu indah. "Dik Anton suka paha ya.. eehhmm.." katanya sambil menggoreng ayam. "Ya Tante, soalnya bagian paha sangat enak dan gurih." kataku. "Aduhh Dik.. tolong Dik.. paha Tante gatel.. aduhh.. mungkin ada semut nakal.. aduhh.." Aku kaget sekaligus bingung, kuperiksa paha Tante. Tidak ada apa-apa. "Nggak ada semutnya kok Tante.." kataku sambil memandang paha putih mulus plus bulu-bulu halus yang membuat Kontol ku naik 10%. "Masak sih, coba kamu gosok-gosok pakai tangan biar gatelnya hilang." pintanya. "Baik Tante.." lalu kugosok-gosok pahanya dengan tanganku. Wow, begitu halus, selembut kain sutera dari China
"Bagaimana Tante, sudah hilang gatelnya?" "Lumayan Dik, aduh terima kasih ya. Dik Anton pintar dech.." katanya membuatku jadi tersanjung. "Sama-sama Tante.." kataku. "Oke, ayamnya sudah siap.. sekarang Dik Anton makan dulu. Sementara Tante mau mandi dulu ya." katanya. "Baik Tante, terima kasih?" kataku sambil memakan ayam goreng yang lezat itu. Disaat makan, terlintas di pikiranku tubuh Tante Marni yang telanjang. Oh, betapa bahagianya mandi berdua dengannya. Aku tidak bisa konsentrasi dengan makanku.
Pikiran kotor itu menyergap lagi, dan tak kuasa aku menolaknya. Tante Marni tidak menyadari kalau mataku terus mengikuti langkahnya menuju kamar mandi. Ketika pintu kamar mandi telah tertutup, aku membayangkan bagaimana tangan Tante Marni mengusap lembut seluruh tubuhnya dengan sabun yang wangi, mulai dari wajahnya yang cantik, lalu pipinya yang mulus, bibirnya yang sensual, lehernya yang jenjang, susunya yang montok, perut dan pusarnya, terus Memeknya, bokongnya yang montok, pahanya yang putih dan mulus itu. Aku lalu langsung saja mengambil sebuah kursi agar bisa mengintip lewat kaca di atas pintu itu. Di situ tampak jelas sekali. Tante Marni tampak mulai mengangkat ujung kaosnya ke atas hingga melampaui kepalanya.
Tubuhnya tinggal terbalut celana pendek dan BH, itu pun tak berlangsung lama, karena segera dia melucutinya. Dia melepaskan celana pendek yang dikenakannya, dan dia tidak memakai CD. Kemudian dia melepaskan BH-nya dan meloncatlah susunya yang besar itu. Lalu, dengan diguyur air dia mengolesi seluruh tubuhnya dengan sabun LUX, lalu tangannya meremas kedua susunya dan berputar-putar di ujungnya.
Kejantananku seakan turut merasakan pijitannya jadi membesar sekitar 50%. Dengan posisi berdiri sambil bersandar tembok, Tante Marni meneruskan gosokannya di daerah selangkangan, sementara matanya tertutup rapat, mulutnya menyungging. Beberapa saat kemudian.. "Ayo, Dik Anton.. masuk saja tak perlu mengintip begitu, kan nggak baik, pintunya nggak dikunci kok!" tiba-tiba terdengar suara dari Tante Marni dari dalam. Seruan itu hampir saja membuatku pingsan dan amat sangat mengejutkan. "Maaf yah Tante. Anton tidak sengaja lho," sambil pelan-pelan membuka pintu kamar mandi yang memang tidak terkunci. Tetapi setelah pintu terbuka, aku seperti patung menyaksikan pemandangan yang tidak pernah terbayangkan. Tante Marni tersenyum manis sekali dan..
"Ayo sini dong temani Tante mandi ya, jangan seperti patung gicu?" "Baik Tante.." kataku sambil menutup pintu. "Dik Anton.. kontolnya bangun ya?" "Iya Tante.. ah jadi malu saya.. abis Anton liat Tante telanjang gini mana harum lagi, jadi nafsu saya, Tante.." "Ah nggak pa-pa kok Dik Anton, itu wajar.." "Dik Anton pernah ngesex belum?" "Eee.. belum Tante.." "Jadi, Dik Anton masih perjaka ya, wow ngetop dong.." "Akhh.. Tante jadi malu, Anton." Waktu itu bentuk celanaku sudah berubah 70%, agak kembung, rupanya Tante Marni juga memperhatikan. "Dik Anton, kontolnya masih bangun ya?" Aku cuman mengangguk saja, dan diluar dugaanku tiba-tiba Tante Marni mendekat dengan tubuh telanjangnya meraba Kontol ku. "Wow besar juga burungmu, Dik Anton.." sambil terus diraba turun naik, aku mulai merasakan kenikmatan yang belum pernah kurasakan.
"Dik Anton.. boleh dong Tante liat kontolnya?" belum sempat aku menjawab, Tante Marni sudah menarik ke bawah celana pendekku, praktis tinggal CD-ku yang tertinggal plus kaos T-shirtku. "Oh.. besar sekali dan sampe keluar gini, Dik Anton." kata Tante sambil mengocok Kontol ku, nikmat sekali dikocok Tante Marni dengan tangannya yang halus mulus dan putih itu. Aku tanpa sadar terus mendesah nikmat, tanpa aku tahu, Kontol ku ternyata sudah digosok-gosokan diantara payudaranya yang montok dan besar itu.
"Ough.. Tante.. nikmat Tante.. ough.." desahku sambil bersandar di dinding. Setelah itu, Tante Marni memasukkan Kontol ku ke bibirnya, dengan buasnya dia mengeluar-masukkan Kontol ku di mulutnya sambil sekali-kali menyedot, kadang-kadang juga dia menjilat dan menyedot habis 2 telur kembarku. Aku kaget, tiba-tiba Tante Marni menghentikan kegiatannya. Dia pegangi Kontol ku sambil berjalan ke arah bak mandi, lalu Tante Marni nungging membelakangiku, sebongkah pantat terpampang jelas di depanku.
"Dik Anton.. berbuatlah sesukamu.. kerjain Tante ya?!" Aku melihat pemandangan yang begitu indah, Memek dengan bulu halus yang tidak terlalu lebat. Lalu langsung saja kusosor Memeknya yang harum dan ada lendir asin yang begitu banyak keluar dari Memeknya. Kulahap dengan rakus Memek Tante Marni, aku mainkan lidahku di klitorisnya, sesekali kumasukkan lidahku ke lubang Memeknya. "Ough Tonn.. ough.." desah Tante Marni sambil meremas-remas susunya. "Terus Ton.. Tonn.." aku semakin keranjingan, terlebih lagi waktu kumasukkan lidahku ke dalam Memeknya ada rasa hangat dan denyut-denyut kecil semakin membuatku gila. Kemudian Tante Marni tidur terlentang di lantai dengan kedua paha ditekuk ke atas.
"Ayo Dik Anton.. Tante udah nggak tahan.. mana burungmu Ton?" "Tante udah nggak tahan ya?" kataku sambil melihat pemandangan demikian menantang, Memeknya dengan sedikit rambut lembut, dibasahi cairan harum asin demikian terlihat mengkilat, aku langsung menancapkan Kontol ku di bibir Memeknya. "Aoghh.." teriak Tante Marni. "Kenapa Tante..?" tanyaku kaget. "Nggak.. Nggak apa-apa kok Ton.. teruskan.. teruskan.." Aku masukkan kepala Kontol ku di Memeknya. "Sempit sekali Tante.. sempit sekali Tante?" " Nggak pa-pa Ton.. terus aja.. soalnya udah lama sich Tante nggak ginian.. ntar juga enak kok.." Yah, aku paksa sedikit demi sedikit, baru setengah dari Kontol ku amblas. Tante Marni sudah seperti cacing kepanasan menggelepar kesana kemari.
"Ough.. Ton.. ouh.. Ton.. enak Ton.. terus Ton.. oughh.." desah Tante Marni, begitu juga aku walaupun Kontol ku masuk ke Memeknya cuman setengah tapi kempotannya sungguh luar biasa, nikmat sekali. Semakin lama gerakanku semakin cepat, kali ini Kontol ku sudah amblas dimakan Memek Tante Marni. Keringat mulai membasahi badanku dan badan Tante Marni. Tiba-tiba Tante Marni terduduk sambil memelukku dan mencakarku. "Oughh Ton.. ough.. luar biasa.. oughh.. Tonn.." katanya sambil merem melek. "Kayaknya aku mau keluar.. ough.." Kontol ku tetap menancap di Memek Tante Marni. "Dik Anton udah mau keluar ya?" Aku menggeleng, kemudian Tante Marni terlentang kembali. Aku seperti kesetanan menggerakkan badanku maju mundur, aku melirik susunya yang bergelantungan karena gerakanku, aku menunduk, kucium putingnya yang coklat kemerahan.
Tante Marni semakin mendesah, "Ough.. Tonn.." tiba-tiba Tante Marni memelukku sedikit agak mencakar punggungku. "Oughh.. Tonn.. aku keluar lagi.." Memeknya kurasakan semakin licin dan semakin besar, tapi denyutannya semakin kerasa. Aku dibuat terbang rasanya.
Ah, rasanya aku sudah mau keluar. Sambil terus goyang, kutanya Tante Marni. "Tante.. aku keluarin di mana Tante..? Di dalam boleh nggak..?" "Terseraahh.. Soonn.." desah Tante Marni. Kupercepat gerakanku, burungku berdenyut keras, ada sesuatu yang akan dimuntahkan oleh Kontol ku. Akhirnya semua terasa enteng, badanku serasa terbang, ada kenikmatan yang sangat luar biasa. Akhirnya kumuntahkan laharku dalam Memek Tante Marni, masih kugerakkan badanku dan rupanya Tante Marni keluar kembali lalu dia gigit dadaku, "Oughh.." "Dik Anton.. Tonn.. kamu memang hebat.." Aku kembali mangenakann CD-ku serta celana pendekku. Sementara Tante Marni masih tetap telanjang, terlentang di lantai.
"Dik Anton.. kalo mau beli makan malam lagi yah.. jam-jam sekian aja ya.." kata Tante Marni menggodaku sambil memainkan puting dan klitorisnya yang masih nampak bengkak. "Tante ingin Dik Anton sering makan di rumah Tante ya.." kata Tante Marni sambil tersenyum genit. Kemudian aku pulang, aku jadi tertawa sendiri karena kejadian tadi. Ya gimana tidak ketawa cuma gara-gara "Ayam Goreng" aku bisa menikmati indahnya bercinta dengan Tante Marni.
Demikian Cerita tante girang yang bisa saya suguhkan hari ini untuk para pengunjung tercinta blog saya. Jangan lupa berkunjung kembali ya!
Posting Komentar